Mengejar Ketertinggalan Perkembangan Anak

Tahun ini benar benar up and down sekali kehidupan saya. Eh salah ding, lebih banyak downnya 🤗 utamanya terkait kesehatan anak. Astaga, dalam setahun ini sudah 4 (empat) kali Liloo dan Nda masuk ke rumah sakit secara bergantian. Benar-benar ujian emosi dan fisik untuk saya. Emosi karena fisik yang lelah, tabungan yang terkuras dan ada hutang karena harus beli tiket lebaran (karena beli tiket kereta harus 3 bulan sebelum lebaran) serta biaya transportasi suami-orang tua ke Jakarta. Awalnya saya kira hanya emosi, fisik dan tabungan yang terkuras. Ternyata ada yang belih riskan daripada itu, yaitu tahapan tumbuh kembang anak-anak.

Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) , 1000 hari pertama anak itu sangat penting dipantau perkembangannya, hal itu dikarenakan 1000 hari pertama merupakan fase yang sangat pesat terkait tumbuh kembang anak. Tumbuh sendiri ada bertambahnya uluran fisik meliputi berat dan tinggi, sedangkan kembang adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks. Kalau anak berat badannya kurang, berarti pertumbuhannya terganggu, kemungkinan ada yang salah dari pola makan atau kesehatannya. Kalau semisal anak terlambat bicara itu berarti perkembangannya terganggu.

Saya tersadar Nda mulai harus diperhatikan perkembangannya adalah ketika anak tetangga saya yang seusia Nda sudah bisa merangkak dan berjalan (usia 8 bulan) sedangkan Nda tengkurap saja belum fasih 😓 baiklah perkembangan anak-anak memang tidak sama. Karena anak itu bukan ajang untuk balapan katanya, balapan anak siapa yang paling berat, paling tinggi dan paling pintar. Ya karena setiap anak itu unik. Tapi tentu saja ada tolak ukur untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak. Agar segera bisa dikoreksi ketika ketahuan, distimulasi oleh kita sebagai orang tua.

Tolak ukur pertumbuhan anak bisa didapat di Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang biasanya berwarna pink, yang didapat di puskesmas, posyandu atau rumah sakit. Di situ ada tabel pertumbuhan berat dan tinggi anak. Ketika berat anak ada di kotak warna merah, berarti harus ada yang dievaluasi.

Sedangkan perkembangan anak bisa dilihat melalui Kuisioner pra skrining perkembangan , jadi kuisioner itu memandu saat anak usia 8 bulan misalnya, anak tersebut harus bisa kegiatan apa saja sehingga dikatakan perkembangannya sesuai. Saya pertama kali mengetahui kuisioner ini dari Gracemelia, dari blog belio bercerita ada kecurigaan bahwa anaknya yang pertama ada penyimpangan perkembangan, belio cerita ke dokter anak gak ada yang menggubris hingga akhirnya belio baru ditanggapi karena membawa hasil dari kpsp tersebut. Dari cerita belio tersebut saya menyadari pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak, sehingga ketika terjadi keterlambatan terhadap anak lebih mudah untuk dikejar apabila diketahui sedari dini.

Karena ada kpsp ini saya lebih santai ya, karena patokannya kan ya bukan anak tetangga. Nah kebutuhan anak agar tumbuh kembangnya optimal menurut IDAI adalah asuh, asih dan asah.

👍 asuh merupakan kebutuhan fisik biomedis, meliputi asi, pemberian makanan bergizi, imunisasi.

👍 asih merupakan kebutuhan emosi dan kasih sayang

👍 asah merupakan kebutuhan akan stimulasi tumbuh kembang

Nah kalau menurut orang zaman old yang katanya tiap anak itu beda-beda perkembangannya, kalau ana belum bisa merangkak dll itu ditunggu aja. Itu gak sepenuhnya benar ya, karena ada faktor asah yang merupakan salah satu penentunya. Kalau perkembangan anak tidak sesuai kpsp ya segera diselidiki penyebabnya dan dicari stimulasi yang tepat apa.

Kembali ke pertumbuhan Nda dan Liloo, secara pertumbuhan mereka masih oke. Berat badan dan tinggi Nda jauh di atas rata-rata, alhamdulillah. Liloo juga walaupun udah terlihat indikas di bawah rata-rata tapi masih normal.

Terkait perkembangan Nda, sesuai KPSP usia 6 bulan, doski belum bisa mengangkat dada dengan lengannya serta guling-guling dan satu lagi kepalanya belum bisa menahan ketika dibangunkan dengan tangannya. Padahal usianya sudah mau 9 bulan, dari 10 list gak bisa 3 yang mana itu perkembangan dianggap meragukan. Oke baiklah, saya memang tidak menstimulasi Nda. Setelah anak-anak sakit, saya fokus ke terapi penyembuhan Nda dan Liloo. Stimulasi perkembangan saya jadi lupa. Setiap pulang kantor saya hanya membacakan Liloo buku, sambil bergantian menyuapi Liloo dan Nda. Astaga itu sudah cukup membuat saya ngos ngosan dan menguras level sabar setiap hari. Setiap hari dengan pengasuhnya, Nda hanya digendong. Jadi ya mau berkembang dimana 🤮 terus pas Nda belum bisa guling-guling, kakinya dikasih kemangi setiap hari 😓😓😓😓 baiklah, tidak sejalan memang.

Akhirnya list perkembangan yang Nda saya cermati dan stimulasi. Setiap hari saya angkat Nda dalam keadaan dia telungkup seperti menyuruh dia akan merangkak. Kemudian perlahan mulai saya belajar dudukan, agar kepalanya menguat. Alhamdulillah kurang lebih seminggu doski sudah masuk bisa melakukan 10 dari 10 list kpsp usia 6 bulan. Tapi karena sebentar lagi usianya 9 bulan, maka saya harus lanjut stimulasi list kpsp usia 9 bulan. Dari segi perkembangan Nda semoga bisa mengejar ketertinggalan aamiin.

Perkembangan liloo alhamdulillah baik. Sesuai kpsp. Liloo masih terapi sakitnya. Saya mulai mengenalkan permainan ke Liloo. Mulai dari corat coret kertas dan lain lain. Dan saya bersyukur sekali Liloo masuk daycare, karena mengarahkan anak bermain itu kadang butuh kesabaran tinggi ya. Jadi di daycare ada kelas bermain gitu. Yang mana membuat dia belajar banyak hal. Yah mungkin perkembangannya bagus karena dibantu kelas bermain tersebut.

Masalah tumbuh kembang anak ini benar-benar menguras tenaga saya. Karena ya saya hidup sendiri di sini, ada ART yang bisa membantu menyuapi, tapi stimulasi perkembangan doski gak begitu mengerti. Jadi saya udah cukup hapal gimana cara stimulasi anak.

Baca : Pengalaman Menstimulasi Anak agar Bisa Mengangkat Kepala

Love

Ratnasari

Leave a comment