Maret 2018, Minggu Ketiga

Ini adalah bulan bulan yang krusial dalam kehidupan saya dan suami. Banyak ujian datang, terutama masalah kesehatan anak anak.

My ia dan my enda sakit bergantian. Dirawat di rumah sakit, puncaknya adalah saat enda kudu diinfus, terpotek hatiku. Begitu banyak keputusan dan pilihan, harus menitipkan anak anak di neneknya untuk pengobatan atau harus tetap di sini. Semuanya sama sama penuh resiko dan pilihan.Hal krusial selain anak anak sakit adalah pindah kerjanya suami. Dengan gaji sangat kurang dari gaji dia biasanya belum tidak adanya bonusan dan lain lain sungguh membuat nyali saya ciut pada awalnya. Tapi entah kenapa suami ingin sekali segera pindah dan mendekatkan diri ke saya dan anak anak. Pemicu suami pindah adalah anak anak. Kehawatiran akan masalah rezeki akhirnya saya lenyapkan.. karena saya ingin mencari yang berkah bersama siami, saya yang logis dan cepat tanggap ini memilih dekat. Sesegera mungkin dan secepat mungkin. Masalah rezeki pasti akan ada dan selalu sudah ditakarkan. InsyaAlloh.

Yang ketiga kepindahan rumah saya. Kontrakan saya sebelumnya sudah terasa sangat sesak. Alhamdulillah, ada kerabat yang pindah ke kota lain dan mengikhlaskan rumahnya untuk saya kontrakan. Dengam harga lebih murah, saya mendapat tempat yang lebih besar. Bahkan ketika niat saja untuk mendekat rezeki langsung datang. Alhamdulillah. Berpindahnya kontrakan ini membuat orang tua saya lebih betah di Jakarta menemani saya.

Tentang pekerjaan saya ya masih gitu gitu saja, saya belum bisa perform. Setiap sisipan doa saya selalu diutamakan untuk keberlangsungan karir dan rezeki yang baik untuk suami saya selanjutnya saya doakan kesehatan anak anak.

Semua letih panik dari desember hingga maret ini mulai menunjukkan titik terang dengan berpindahnya saya ke kontrakan yang lebih luas. Sungguh rezeki yang sangat saya syukuri. Kepindahan kontrakan itu bebarengan dengan mesti dirawatnya Enda di rumah sakit.

Tapi tak henti henti saya mengucap syukur untuk semua hal dan pembelajaran dalam hidup saya. Semenjak anak sakit, saya diminta agar tidak sering sering posting foto anak anak. Berat sekali, tapi saya coba.

Pembelajaran lain dari keputusan krusial perpindahan suami saya adalah saya mulai terbiasa hidup hemat. Mungkin semakin hemat. Saya mengurangi beli online terutama untuk saya sendiri, belanja ke supermarket untuk groceries yang tiap sekali belanja iseng itu saya habis banyak, saya sangat kurangi. Dan ketika saya berhasil menahan beli sesuatu yang tidak perlu, sungguh bahagia sekali hati saya. Berbeda dengan saya yang biasanya menghambur hamburkan uang. Karena saya sadar pemasukan saya tidak seperti dulu lagi. Tapi sungguh menyenangkan hati 🙂

Love

Ratnasari

Leave a comment